Pengkajian & Intervensi Stunting di Kabupaten Lumajang dan Kota Surabaya Jawa Timur

oleh : Tashya Angelie Tamara

Menurut WHO (2020) stunting adalah postur tubuh pendek berdasarkan tinggi badan menurut usia yang kurang dari -2 standar deviasi pada kurva pertumbuhan WHO. Stunting terjadi dapat terjadi selama 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan) karena beberapa faktor seperti, lingkungan, status sosioekonomi, asupan gizi, infeksi, status gizi ibu hamil, dan kurangnya mikroprotein. Stunting dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak bahkan perkembangan otak anak stunting tidak terbentuk dengan baik dan berdampak panjang. Menurut Studi Status Gizi Indonesia (2021), 1 dari 4 anak di Indonesia mengalami stunting, yaitu kurang lebih terdapat 5 juta anak Indonesia mengalami stunting.

Archipelago Scholar bekerja sama dengan Puskesmas Yosowilangun, Kabupaten Lumajang dan Komunitas Palu Gede, Surabaya dalam upaya menuntaskan stunting di Indonesia. Prevalensi stunting di Kabupaten Lumajang tahun 2021 adalah 30.1% sedangkan di Kota Surabaya sebesar 28.9% di atas rata-rata stunting Provinsi Jawa Timur. Pengkajian stunting dilakukan untuk mengidentifikasi dan menganalisis status stunting, mengidentifikasi faktor penyebab langsung dan tidak langsung stunting, serta mengidentifikasi program intervensi spesifik yang telah dilakukan oleh puskesmas. Kegiatan pengkajian dilakukan dengan cara pengukuran tinggi dan berat badan, pengisian kuesioner, pengumpulan data sekunder, dan wawancara. Kegiatan pengkajian stunting di Kabupaten Lumajang dan Kota Surabaya diselenggarakan pada bulan Januari – Mei 2022

Pengkajian stunting di Kecamatan Yosowilangun, Kabupaten Lumajang dilakukan pada 48 balita di Desa Darungan, Kraton, Wotgalih, Tunjungrejo, Yosowilangun Kidul, Yosowilangun Lor, Krai, Karanganyar, Karangrejo, Munder, Kebonsari, dan Kalipepe. Hasil pengkajian menyatakan bahwa rendahnya faktor pendidikan ibu serta usia pernikahan dan kehamilan yang terlalu dini menjadi faktor penyebab stunting di Kecamatan Yosowilangun. Archipelago Scholar Bersama Puskesmas Yosowilangun menginisasi program pendampingan dan pelatihan bagi kader posyandu yang diberikan oleh bidan desa dan Tim Archipelago Scholar.

Program pendampingan dan pelatihan bagi kader posyandu dikenal dengan “CADAS : CADRE – The Ace of Stunting”  yang diselenggarakan di Desa Kebonsari, Karanganyar, dan Darungan serta melibatkan 20 ibu hamil dari 3 desa tersebut. Kegiatan CADAS meliputi seleksi kader pendamping, mini lokakarya kader, sesi edukasi stunting dan konsultasi online, monitoring dan evaluasi pola makan dan suplementasi gizi ibu hamil, serta visite ibu hamil. Pendampingan difokuskan pada masal awal kehidupan terutama pada ibu hamil. Pendampingan ibu hamil dapat meningkatkan kesadaran akan stunting dan mendukung terwujudnya pola makan bergizi seimbang selama masa kehamilan.

Pengkajian stunting di Kota Surabaya melibatkan 8 balita pada Kelurahan Sememi, Kandangan, Tambak Oso Wilangun, dan Romokalisari di Kecamatan Benowo. Hasil pengkajian menunjukan bahwa 4 dari 8 balita stunting memiliki penyakit penyerta, yaitu penyakit jantung bawaan (PJB). Pada bulan November 2022, Archipelago Scholar berkolaborasi dengan Komunitas Palu Gede menginisiasi program penguatan kader posyandu untuk mendampingi anak stunting dengan penyakit penyerta.

Rangkaian kegiatan diawali dengan diskusi bersama kader posyandu untuk menggali lebih dalam faktor penyebab stunting di Kecamatan Benowo, Surabaya. Setelah itu, kader mendengarkan pemaparan materi tentang stunting oleh dr. Hendarti Prahaningsih Eddy Saputra, Sp.A selaku dosen di Fakultas Kedokteran, Universitas Ciputra, Surabaya dan dokter anak di RSUD dr. Mohamad Soewandhi, Surabaya. Pada sesi ini, kader tidak hanya mendengarkan pemaparan materi tetapi juga diajak aktif untuk bertanya tentang materi stunting yang mungkin belum dipahami. Kegiatan diakhiri dengan dengan sesi diskusi dan sharing pengalaman terkait solusi masalah stunting yang pernah dilakukan oleh kader dipandu oleh Bapak Tri Yudho Yulianto, S.Sos dan Ibu Erma Dyah Christiana Retang, SH selaku perwakilan dari Komunitas Palu Gede.

 “Para kader diharapkan dapat menjadi teman bagi ibu balita stunting. Teman berarti mendengarkan dengan hati, merangkul, dan membantu mencari solusi dalam menangani masalah stunting” tutur Ibu Erma Dyah Christiana Retang, SH. Kader yang berperan sebagai “teman” bagi ibu balita stunting dapat menjadi kekuatan besar untuk mengatasi masalah stunting. Archipelago Scholar dan Komunitas Palu Gede membuat suatu video edukasi bagi kader posyandu dalam menangani anak stunting dengan penyakit penyerta terutama penyakit jantung bawaan. Melalui video edukasi tersebut, diharapkan dapat meningkatkan pemahaman kader tentang stunting dan menjadi acuan dalam menangani anak stunting dengan penyakit jantung bawaan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *