MANAGING CARDIOLOGY EMERGENCIES IN EMERGENCY ROOM
Penyakit jantung adalah salah satu penyebab kematian mendadak. Kegawatdaruratan kardiovaskular membutuhkan penanganan segera dari tenaga kesehatan yang professional dan kompeten.
Tim Emergensi Rumah Sakit Katolik St. Antonius Ampenan lombok bekerja sama dengan Tim Rumah Sakit Katolik St. Vincentius A. Paulo Surabaya mengadakan simposium dan workshop tentang “Managing Cardiology Emergencies In Emergency Room” pada tanggal 30 dan 31 Maret 2019 di Hotel Puri Indah Mataram. Beberapa pakar yang menjadi narasumber dan fasilitator dalam acara ini adalah dr. Joko Hermawan Sp.JP; dr. Richardus Rukma Juslim, Sp.JP,(K) FIHA; Ns. Ni Ketut Suadnyani, S.Kep, M.Kep; Ns. Sulastri, S.Kep. dan Ns. Sulati, S.Kep. Kegiatan didukung oleh Yayasan Archipelago Scholar.
Simposium dan workshop ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tenaga kesehatan dalam melakukan penanganan kegawatdaruratan kardiovaskular.
Kegiatan ini diikuti oleh 78 peserta yang terdiri dari dokter spesialis, dokter umum dan perawat. Peserta berasal dari berbagai institusi kesehatan di berbagai daerah di Lombok termasuk puskesmas, klinik dan rumah sakit. Presentasi peserta dari berbagai institusi dapat dilihat pada grafik dibawah ini :
Pada kegiatan ini terdapat beberapa agenda yaitu kuliah, diskusi, praktek dan ujian yang diberikan kepada peserta. Evaluasi dengan mengadakan pretest, posttest dan ujian praktek. Pada pelatihan ini hampir seluruh peserta mengalami peningkatan pada nilai posttest yang menandakan bahwa setelah diberikan materi oleh narasumber, peserta dapat lebih mengerti mengenai materi yang dipaparkan. Sebagian besar peserta puas dengan materi dan pelatihan yang diberikan, mereka mengharapkan agar kegiatan ini dilaksanakan kembali.
Tiga bulan setelah kegiatan ini, RSK Santo Antonius Ampenan berhasil membentuk Tim Code Blue dan Prosedur Penanganan Code Blue Rumah Sakit. Tim Code Blue terdiri dari 4-5 orang dengan seorang pemimpin dan sisanya bertugas untuk menjaga jalan udara, pernapasan dan sirkulasi serta mencatat hasil. Dengan perbaikan sistem ini, angka kematian akibat kegawatan kardiovaskular diharapkan menurun karena pasien yang mengalami kegawatan segera mendapatkan pertolongan. Jumlah keluhan keterlambatan pelayanan emergensi juga diharapkan menurun seiring dengan meningkatnya respon tim penanganan emergensi.